Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut dengan optimistis performa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianggap menampakkan popularitas positif.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bagus dan perlu disokong agar lebih tinggi,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu.
Ia memaparkan beragam indikator terupdate, termasuk hasil survei BI, menampakkan aktivitas ekonomi pada triwulan III-2024 yang bagus.
Hal itu tercermin pada keyakinan konsumen yang tinggi, penjualan eceran yang positif, serta impor barang modal, dan penjualan semen yang meningkat.
Di samping itu, investasi juga terus tumbuh, lebih-lebih investasi https://www.drbagchi.com/ bangunan sejalan dengan tingkatan finalisasi operasional Ibu Kota Nusantara (IKN) dan penyelesaian beragam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tetap terjaga, lebih-lebih untuk kelas menengah ke atas.
Ekspor nonmigas pun tetap bagus sehingga ikut serta menyangga pertumbuhan ekonomi.
“Belanja Pemerintah yang diprakirakan meningkat pada akhir tahun diinginkan bisa juga menyangga permintaan dalam negeri,” tambah dia.
BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen atau pada spot tengah 5,1 persen.
“Ke depan, beragam upaya perlu terus dicapai untuk mensupport pertumbuhan, bagus dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran,” ujar Perry.
Untuk itu, BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk mensupport pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi, termasuk bersinergi erat dengan kebijakan stimulasi fiskal Pemerintah.
Dari sisi penawaran, kebijakan reformasi struktural perlu terus diperkuat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor ekonomi yang bisa meresap energi kerja dan memiliki skor tambah yang tinggi.
Di samping pertumbuhan ekonomi, BI juga yakin popularitas inflasi bakal tetap rendah dan terjaga dalam kisaran 2,5 plus minus 1 persen.
Per Agustus 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat rendah di segala komponen sehingga menempuh 2,12 persen (year-on-year/yoy).
Inflasi inti tercatat sebesar 2,02 persen (yoy). Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan bisa merespons permintaan dalam negeri, imported inflation yang terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi skor tukar Rupiah Bank Indonesia, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi.
Sementara inflasi volatile food (VF) terus menurun menjadi 3,04 persen (yoy), dari tingkatan bulan sebelumnya 3,63 persen (yoy).
Penurunan inflasi VF tercatat di sebagian besar kawasan Indonesia, disokong oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, serta eratnya sinergi pembatasan inflasi Tim Pengontrolan Inflasi Sentra dan Daerah (TPIP dan TPID) via Gerakan Nasional Pengontrolan Inflasi Pangan (GNPIP).